Adapun isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah: 1. Pendidikan dan Pengajaran
Pengertian pendidikan dan pengajaran disini adalah dalam rangka menerusakan
pengetahuan atau dengan kata lain dalam rangka transfer of knowledge ilmu
pengetahuan yang telah dikembangkan melaui penelitian oleh mahasiswa di
perguruan tinggi. Dalam pendidikan tinggi dinegara kita dikenal dengan istialh
strata, mulai dari strata satu(S-1) yaitu merupakan pendidikan program sarjana,
strata dua(S-2) merupakan program magister dan strata tiga (S-3) yaitu
pendidikan doktor dalam sutau disiplin ilmu,serta pendidikan jalur
vokasional/non gelar(diploma). 2. Penelitian dan pengembangan
Kegiatan penelitain dan pengembangan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penelitain,m aka
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi terhambat. Penelitian
ini tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi harus dilihat keterkaitannya dalam
pembangunan dalam arti luas. artinya penelitain tidak semata-mata hanya untuk
hal yang diperlukan atau langsung dapat digunakan oleh masyarakat pada saat itu
saja,akan tetapi harus dilihat dengan proyeksi kemasa depan. Dengan kata lain
penelitian dipergurun tinggi tidak hanya diarahkan untuk penelitian terapan
saja,tetapi juga sekaligus melaksanakn penelitian ilmu-ilmu dasar yang
manfaatnya baru terasa penting artinya jauh dimasa yang akan datang. 3. Pengabdian pada masyarakat
Dharma pengabdian pada masyarakat harus diartiakan dalam rangka penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di perguruan tinggi,
khususnya sebagi hasil dari berbagai penelitian.Pengabdian pada masyarakat
merupakan serangkaian aktivitas dalam rangka kontribusi perguruan tinggi
terhadap masyarakat yang bersiafat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya
dalam waktu yang relatif pendek. Aktivitas ini dapat dilakukan atas inisiatif
individu atau kelompok anggota civitas akademika perguruan tinggi terhadap
masyarakat maupun terhadap inisiatif perguruan tinggi yang bersangkutan yang
bersifat nonprofit(Tidak mencari keuntungan). Dengan aktivitas ini diharapkan
adanya umpan balik dari masyarakat ke perguruan tinggi, yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih
lanjut.
Ketiga faktor ini erat hubungannya, sebab penelitian harus menjunjung tinggi
kedua dharma yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian
diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian itu
hendaknya diterapkan melalui Pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut.
Motivasi di sini adalah dasar bagi kita untuk memutuskan suatu jalan atau
pilihan ke depan. Berasal dari kata movere (latin) atau dalam bahasa Inggris to
move, yang artinya menggerakkan atau mendorong. Dengan motivasi-lah seseorang
akan bergerak, melangkah menuju tujuan yang diinginkan. Bahkan orang yang tidak
melakukan apa-apa pun juga memiliki motivasi. Yaitu motivasi untuk tidak
melakukan apa-apa, alias malas!
Ada banyak motivasi yang melatarbelakangi keputusan kita untuk masuk kuliah.
Namun semisal semuanya disebutkan, niscaya muaranya hanya ada pada 3 (tiga)
hal; prestise, profesi, dan kontribusi.
Prestise
Prestise adalah kebanggaan yang mewakili jiwa muda kita sebagai mahasiswa.
Keinginan untuk bergaul dengan sesama dan mencari kawan sebanyak-banyaknya
adalah beberapa di antara banyak motivasi yang terkadang hadir di dalam benak
kita. Termasuk di antaranya kebanggaan bisa masuk ke universitas/jurusan
favorit.
Para fresh graduate pasti akan bersemangat ketika disinggung tentang target
mereka. Kalau ada yang menjawab ‘belum tahu, hehehe’ sambil nyengir menunjukkan
gigi-giginya, anggap saja dia calon mahasiswa aneh, yang belum punya tujuan
yang jelas! Namun ada juga siswa fresh graduate yang idealis dalam menentukan
tempat persinggahan berikutnya. Siswa seperti mereka memiliki empat jenis
patokan dalam memilih targetnya;
Pertama, patokan perguruan tinggi. Semisal; “Kalau gak kuliah di ITB, tidak
mau! Jurusan apa saja terserah, yang penting ITB!” Jadilah fokus usahanya hanya
untuk masuk ITB.
Kedua, patokan jurusan. Semisal; “Kalau gak kuliah di Kedokteran Umum, tidak
mau! Universitas mana saja terserah, yang penting Kedokteran Umum!” Maka dia
akan berusaha mati-matian untuk masuk ke Kedokteran Umum.
Ketiga, patokan kota. Semisal, “Kalau gak kuliah di Surabaya, tidak mau!
Universitas mana saja, jurusan apa saja, yang penting di Surabaya!” Maka dia
cenderung mencari perguruan tinggi yang ada di Surabaya saja.
Keempat, patokan prospek. Semisal, “Kalau gak kuliah di kedinasan/yang menjamin
jadi PNS, tidak mau! Di mana saja boleh, asal kedinasan dengan prospek jelas!”
Jadilah dia akan berusaha agar diterima di jurusan dengan prospek jelas seperti
yang dimaksud.
Kita pasti bangga ketika diterima di perguruan tinggi yang kita inginkan,
dengan patokan seperti yang saya uraikan di atas. Dan kebanggaan itu bisa
mendorong kita untuk berbuat lebih ketika perkuliahan sudah berjalan. Namun,
motivasi seperti ini kurang kuat untuk bisa membuat kita bertahan. Mengapa?
Karena jika seorang mahasiswa hanya menggunakan motivasi ini, yang ada adalah
dia berjuang hanya untuk bisa masuk di perguruan tinggi yang diinginkan saja.
Setelah masuk, tidak ada jaminan bahwa dia akan berbuat yang terbaik untuk
studinya tersebut.
Memang, dengan adanya targetan seperti itu para calon mahasiswa akan terarah
dalam mengambil jalan yang akan mereka tempuh selanjutnya. Namun sayang, banyak
yang terlalu ‘ekstrim’ dalam menyikapi targetan di atas. Untuk mencapainya,
mereka akan bekerja keras, pagi-sore-siang-malam demi mencapai targetan itu.
Ketika target mereka tercapai…..TA-DA! Seolah-olah mereka berada di puncak
dunia, sambil memegang piala kemenangan! Tetapi, karena tenaga mereka habis
terkuras untuk menjalani tes demi tes, ketika masuk kuliah semangat mereka
malah turun…
Hal di atas senada dengan yang diungkapkan oleh Profesor Dr. Ken Kawan
Soetanto, seorang pria asal Surabaya yang berhasil menggondol 4 gelar professor
dan kini menjadi dosen salah satu universitas swasta terbesar di Jepang, Waseda
University. Ketika hostsebuah acara televisi dari Indonesia bertanya kepada
beliau tentang mahasiswa Jepang yang –ternyata- juga butuh dimotivasi, beliau
menjawab “..semangat belajar mereka (mahasiswa) hanya untuk masuk ke Waseda
(perguruan tinggi) saja..”
Prof. Soetanto banyak menyinggung tentang mahasiswa seperti mereka. Beliau
mengungkapkan semangat yang mahasiswa miliki hanya sampai tingkat masuk ke
perguruan tinggi saja. Jarang ada mahasiswa yang memiliki semangat melebihi
itu. Oleh karena itu, jika motivasinya hanya sebatas prestise saja, maka itu
belum bisa menjamin kelangsungan hidup kita selama menjadi mahasiswa. Apalagi
menjamin kehidupan kita di masa depan!
Profesi
Profesi adalah orientasi hasil dari proses selama kita kuliah. Contoh
konkretnya seperti ijazah, gaji, jaminan kesejahteraan hidup, menjadi Pegawai
Negeri Sipil, pekerjaan layak, dsb. Sangat logis jika banyak calon mahasiswa
memilih jurusan berdasar pertimbangan profesi. Karena logika mereka adalah
‘karir menjanjikan kesejahteraan hidup, dan kesejahteraan hidup menjanjikan
kebahagiaan’.
Ketika para calon mahasiswa melakukan survey jurusan, biasanya mereka akan
menanyakan prospek kerja dari jurusan yang mereka inginkan. Bahkan tak jarang
yang sampai bertanya gaji dan hal-hal lain yang menunjang kesejahteraan hidup
mereka ke depan.
Mayoritas calon mahasiswa memiliki paradigma bahwa karir adalah hal penting.
Karena karir menentukan status sosial mereka di masyarakat. Sehingga mereka
terdorong untuk mencari sebesar-besar peluang, agar nanti setelah kuliah dengan
mudah mendapatkan pekerjaan.
Hal ini memang sedikit mirip dengan patokan keempat yang telah saya jelaskan di
pembahasan prestise. Hanya saja di pembahasan sebelumnya saya lebih menekankan
kepada keinginan seorang calon mahasiswa untuk masuk ke jurusan dengan prospek
kerja jelas. Namun ketika orientasi seorang calon mahasiswa adalah profesi
–seperti yang saya bahas sekarang-, maka tujuannya setingkat lebih tinggi
daripada sekedar masuk ke jurusan dengan prospek kerja baik.
Namun, walaupun setingkat lebih baik, logikanya tetap sama dengan yang
prestise. Seandainya seorang mahasiswa sudah mendapat profesi yang diinginkan,
maka semangatnya dalam menjalani kehidupan lambat laun akan menurun. Karena
orientasinya hanya terbatas pada profesi, jika sudah mendapatkan profesi yang
diinginkan, lalu setelah itu apa? Kebanyakan pasti bingung akan menentukan
tujuannya
Begitu juga ketika cita-cita yang diimpikan tidak tercapai. Semisal, ia begitu
ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun karena ia diterima di jurusan
yang kecil kemungkinannya untuk menjadi PNS, akhirnya semangatnya turun.
Sehingga kadar usaha orang tersebut menjadi terbatas pada bayangan pekerjaan
yang nanti akan dijalaninya. Tidak ada gairah untuk menjalani hari-hari dalam
menggapai cita-cita.
Sekedar info, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah
lulusan universitas yang menjadi pengangguran terbuka adalah 8,319,779 jiwa
atau sekitar 11,92 persen. Ketika motivasi mereka terbatas pada profesi, angka
pengangguran terbuka lulusan universitas masih cukup mengkhawatirkan. Yang
dikhawatirkan setelah lulus, mahasiswa yang motivasinya kurang tepat akan
terjebak pada kejumudan/disorientasi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita
mencari alternatif motivasi lain..
Kontribusi
Kontribusi! Untuk mengulas hal ini saya sampai bingung harus mengawalinya dari
mana. Karena jika kontribusi sudah disinggung, ulasannya –yang saya pikirkan-
terasa sangat panjang. Sampai-sampai ketika membahasakannya dalam tulisan saya
tidak sanggup menjangkau semuanya. Ke depan, kontribusi ini akan banyak kita
bahas. Jadi jangan pernah bosan ya!
Kontribusi itu seperti saat kita menyelam ke dasar laut. Sebelum kita menyelam,
membutuhkan persiapan yang optimal. Ketika sudah masuk ke dalam air, maka semua
sudah harus ter-mindset ke dalam otak, apa yang akan dilakukan, dengan
mempertimbangkan waktu yang diberikan (jatah oksigen dalam tabung).
Baiklah, mari tetapkan aturan mainnya. Tujuan: menuju dasar, ambil mutiara, dan
kembali! Jika sebelum mendapatkan mutiara kita kembali, berarti gagal. Kalau oksigen
habis sebelum mendapatkan sebelum kembali, berarti mati.
Saya harap Anda sudah bisa membawa analoginya ke pembahasan ini. Kontribusi
tidak bisa setengah-setengah. Ia meminta kita terjun secara penuh ke dalam
tugas yang diberikan. Kalau ia menuntut tubuh kita basah, maka dari ujung
rambut sampai ujung kaki harus ikut basah. Tidak hanya sebagian kaki atau
tangan saja. Tetapi semua!
Sebelum tugasnya selesai, kita tidak bisa kembali. Karena kalau kembali tanpa membawa
hasil, berarti kita sudah membuang-buang energi. Lebih baik kita tidak usah
menyelam sekalian.
Kita juga harus pandai-pandai menakar kemampuan. Jangan sampai energi kita
habis untuk mengerjakan hal yang tidak strategis. Ingat, kita masih punya tujuan.
Efektivitas itu sangat diperlukan. Jika kita tidak bisa me-manage dengan baik,
bisa-bisa waktu kita habis sebelum tujuan kita tercapai. Kalau sudah begitu,
tahu sendiri kan risikonya…
Mahasiswa yang ingin berkontribusi tidak terlalu memikirkan hal-hal teknis yang
akan dibebankan padanya –dalam hal ini berupa pilihan jurusan-. Walaupun dia
memiliki kecenderungan yang membuatnya merasa nyaman untuk berkontribusi di
sana, andai Allah memberikan jalan lain, ia akan memanfaatkannya
sebaik-baiknya. Singkatnya, apabila ia ditempatkan pada jurusan yang ia sukai,
alhamdulillah. Kalau tidak, ya alhamdulillah. Bumi Allah sangat luas untuk
dijadikan tempat berkontribusi.
Targetnya tidak terpatok pada batas kelulusan saja, lebih tinggi lagi. Yaitu
apa yang akan dilakukan setelah lulus! Bahkan lebih tinggi dari itu.. sapa yang
akan dilakukan setelah bekerja! Apa yang akan dilakukan setelah berkeluarga!
Apa yang akan diberikannya pada masyarakat! Apa yang akan diberikannya pada
umat! Apa yang akan diberikannya pada dunia!!!
Mahasiswa seperti ini memahami, bahwa kuliah hanyalah secuil usaha dari banyak
jalan yang bisa ditempuh untuk menuju kematangan. Sehingga ia selalu
belajar..belajar..dan belajar! Ia pun sadar, bahwa ilmu yang diperolehnya tidak
sertamerta menjadi miliknya saja. Umat juga berhak mengaksesnya. Oleh karena
itu setelah menuntut ilmu, ia tidak enggan atau lupa untuk
berkarya..berkarya..dan berkarya!
Dan mahasiswa yang ingin berkontribusi, selalu belajar dan berkarya! Karena di
jalan dakwah mereka kuliah.
Pada Istilah organisasi
berasal dari kata organon/bahasa yunani. Yang berarti alat, tools.
Desain organisasi (organizational design) merupakan proses memilih dan
mengimplementasikan struktur yang terbaik untuk mengelola sumber-sumber
untuk mencapai tujuan. Sasaran desain organisasi adalah menggunakan
struktur yang memberikan fasilitas pengimplementasian strategi. Desain
organisasi dapat juga dinyatakan sebagi proses pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh manajer untuk memilih struktur organisasi yang sesuai
dengan strategi untuk organisasi dan lingkungan tempat anggota
organisasi melaksanakan strategi tersebut. Desain organisasi menuntut
manajer untuk melihat secara bersamaan ke dalam organisasi dan ke luar
organisasi. Ada empat bagian untuk membangun desain organisasi, yaitu
pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan koordinasi. Dalam
pengembangan desain organisasi ada dua hal yang penting; pertama
perubahan stratgei dan lingkungan berlangsung dengan berlalunya waktu,
desain organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Kedua, perubahan
dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan berbuat salah dalam
rangka mensyusun desain organisasi. Manajer hendaknya memandang desain
organisasi sebagai pemecahan masalah dan mengikuti tujuan organisasi
dengan gaya situasional atau kontingensi,yaitu struktur yang ada
didesain untuk menyesuaikan keadaan organisasi atau sub unitnya yang
unik.
Organisasi didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Prof. Dr. Sondang Siagian, Organisasi adalah setiap bentuk
persekutuan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk suatu tujuan
bersama dan terikat secara formal. Menurut Chester I. Barnard,
Organisasi adalah suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih.Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola
hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan
manajer mengejar tujuan bersama. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi
adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb)
sehingga merupakan kesatuan yang teratur. (W.J.S. Poerwadarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia) Jadi, paling tidak definisi organisasi terdiri dari :
1. orang orang/sekumpulan orang 2. kerjasama 3. tujuan bersama
Desain
organisasi menekankan pada sisi manajemen dari teori organisasi dengan
mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal
1. Organisasi Formal Organisasi
formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri
dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja
yang rasional. Contoh :ASEAN, Perseroan terbatas,organisasi Sekolah
yang di kelola secara resmi terstruktur, Negara ,OSIS (Organisasi Siswa
Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain. contoh gambar ASEAN
2. Organisasi Informal Organisasi
informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada
suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh :
Arisan ibu-ibu sekampung, kelompo belajar bersama anak-anak sd, kemping
ke gunung atau ke puncak dengan teman, kelompok pecinta puisi
disekolah, fans club suatu grup musik. dan kursus mengajar anak sd dan lain2. conoth kelompok belajar
Salah
satu bagian penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan
hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan
hubungan formal seperti yang ditunjukkan bagan organisasi. Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :
1.
Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi
didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi
informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
2. Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.
3.
Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku
karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal
mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
4.
Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada
penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para
anggota suatu kelompok informal. Walaupun ada perbedaan tersebut
adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal
sebagai dua kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama
dan tidak dapat dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai
organisasi informal dan setiap organisasi informal brkembang dalam
berbagai tinkatan formal.
Menjadi seorang mahasiswa bukanlah hal mudah,
namun bisa dipermudah jika kita mau untuk menjalaninya dengan baik. Caranya,
kita harus menjalankan kewajiban kita sebagai mahasiswa dengan semestinya.
Menjadi mahasiswa jangan hanya sebatas mahasiswa biasa. Kita harus mengikuti
arus pergaulan kampus, tentunya pergaulan yang memberikan dampak positif bagi
perkuliahan kita.
Di kampus, kita harus bisa membiasakan diri
untuk menunjukkan rasa sosial yang tinggi. Itu semua bisa diwujudkan dengan
bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di kampus. Disana kita bisa
menunjukkan bahwa kita mampu memberikan dampak yang baik di lingkungan kampus.
Kita harusnya bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan kita yang lain maupun junior
yang akan bergabung nantinya.
Organisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa
dipisahkan dengan mahasiswa yang menimba ilmu di kampus. Organisasi sebetulnya
sangat penting untuk kebaikan kita sebagai mahasiswa, namun kesadaran
berorganisasi itu sangat minim dewasa ini. Sudah semakin berkurang tampaknya
mahasiswa yang berminat untuk bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada
di kampus. Padahal, dengan berorganisasi kita mampu menemukan jati diri kita
sesungguhnya sebagai kaum intelektual. Tidak hanya sekedar duduk dan
mendengarkan dosen memberi perkuliahan, tetapi kita juga bisa merasakan
kepuasan menjadi seorang pemimpin pada sebuah organisasi.
Dalam berorganisasi, kita bisa mengenal dunia
kampus lebih luas. Misalnya, kita adalah seorang mahasiswa yang tidak terbiasa
dengan pidato ataupun sering gugup ketika berbicara di depan orang ramai,
dengan berorganisasi kita akan dibina untuk hal itu. Setidaknya, keluar dari
organisasi tersebut kita mampu untuk berbicara secara terbuka di depan orang
banyak.
Aspek utama yang harus kita miliki dalam
berorganisasi yaitu mental. Jika kita sudah punya mental untuk berlabuh pada
sebuah organisasi, maka akan mudah bagi kita untuk melanjutkan perjalanan
selanjutnya. Setelah itu barulah kita melaksanakan pembinaan dalam organisasi
tersebut dengan baik. Berbeda dengan orang yang tidak pernah berorganisasi,
jangankan untuk berbicara di depan orang ramai, berdiskusi dengan ruang lingkup
yang kecilpun tidak sanggup rasanya untuk berpendapat.
Betapa pentingnya organisasi tidak mampu kita
ukur secara formal, namun bisa kita rasakan dengan perasaan. Dahulunya kita
hanyalah seorang yang pendiam dan jarang bergaul, setelah mencoba untuk
berorganisasi maka kita bisa untuk mengeluarkan pendapat dan berbicara dengan
tenang. Kita tidak lagi merasakan gugup atau gemetar melihat kumpulan orang
yang akan mendengar apa yang akan kita ucapkan.
Penulis sendiri dahulunya tidak memiliki skill
untuk berbicara sedikitpun. Namun, setelah merasakan hidup berorganisasi, maka
terasa sangat membantu disaat perkuliahan. Biasanya penulis hanya duduk-duduk dan
mengobrol di belakang, namun setelah berorganisasi penulis lebih tertarik untuk
duduk di bagian depan dan bertanya jawab dengan dosen bersama teman-teman
lainnya. Itulah kira-kira gambaran yang mungkin bisa memotivasi mahasiswa di
lingkungan kita ini memanfaatkan organisasi agar mampu menemukan jati dirinya
sebagai mahasiswa.
Seorang mahasiswa akan mengarungi perjalanan
panjang untuk meraih mimpinya sebagai seorang sarjana, kemudian mendapatkan
pekerjaan yang layak tentunya. Begitulah kira-kira keinginan semua mahasiswa
yang berjuang keras melewati perjalanan panjangnya selama duduk di bangku
perguruan tinggi. Perjalanan panjang itu tidak boleh disia-siakan, karena kita
harus bisa memanfaatkan segala hal yang baik untuk memberi hasil positif bagi
diri kita sendiri. Akan lebih baik jika kita juga mampu memberikan dampak
positif bagi orang lain.
Bagi mahasiswa yang belum menemukan jati
dirinya sebagai seorang mahasiswa, maka berusahalah untuk bergabung dengan
organisasi yang ada di kampus. Semua itu akan berguna untuk kelangsungan
perkuliahan dan mampu menjalin persahabatan antara sesame mahasiswa di kampus.
Janganlah menjadi mahasiswa seperti batu yang terselip dalam pondasi, yang
hanya bertahan pada satu tempat berdiam. Sama halnya dengan mahasiswa yang hanya
duduk di bangku kuliah tanpa memberikan umpan balik dalam perkuliahan.
Mungkin kita pernah mendengar istilah
“mahasiswa kupu-kupu” yang artinya mahasiswa tersebut hanya datang untuk
perkuliahan semata. Sementara untuk informasi lainnya yang ada di kampus tidak
ia hiraukan jika tidak ada sangkut pautnya dengan mata kuliah. Sebaiknya, kita
jangan mencontoh mahasiswa yang demikian. Hendaknya kita bisa menjadi mahasiswa
sejati dan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita dengan
berorganisasi di kampus.
MENAKAR PENTINGNYA ORGANISASI MAHASISWA
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai
tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi Sedangkan
organisasi mahasiswa yaitu organisasi yang berisikan mahasiswa1. Kemudian organisasi
mahasiswa dibedakan menjadi 2 yaitu internal dan eksternal kampus. Organisasi
kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri
mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta
integritas kepribadian untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetatman,
teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
tarap kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Artinya dengan definisi tersebut kita memahami
betapa besarnya tanggung jawab dari organisasi mahasiswa yang secara perlahan
harus kita penuhi sebagai beban moral dalam memperjuangan apa yang digariskan
para pendahulu republik Indonesia. Menjawab pertanyaan seberapa penting
organisasi mahasiswa terdapat berbagai metode. Dalam kesempatan ini
penulis mencoba menggunakan 3 pisau analisa singkat, yang pertama secara
yuridis, filosofis, dan terakhir sosiologis.
Secara yuridis ( peraturan Perundang-undangan )
organisasi mahasiswa telah memiliki payung hukum yang menjamin keberadannya
yaitu PP NO. 60 tahun 1999 tt Perguruan Tinggi yang kemudian secara teknis
dilindungi Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia NOMOR
155 /U/1998. Banyak hal yang dijelaskan dalam peraturan tersebut baik
kedudukun, fungsi, tanggung jawab, hingga mengenai persoalaan pendanaan yang
dapat berasal dari kampus atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan
peraturan Perundang-undangan. Hal ini berakibat bahwa secara konstitusional
organisasi mahasiswa di akui dan memiliki hak-hak serta kewajiban yang melekat
sesuai peraturan tersebut.
Metode kedua yaitu pembedahan secara filosofis,
persoalan fakta sejarah bahwa mahasiswa melalui organisasinya telah
berkontribusi dalam pengawalan proses perubahan bangsa rasanya tak perlu banyak
kita bahas. Penulis justru ingin mengemukakan apa yang dicetuskan oleh Paulo
Freire (1921-1997) salah seorang tokoh pendidikan asal Amerika Latin. Paulo
freire dalam konsepnya berusaha merubah sistem pendidikan gaya Bank yang banyak
diterapkan di banyak negara maju (lebih lanjut silakan cari tt Pailo Freire)
menuju sistem pembelajaran pemecahan masalah. Bahwa sistem pendidikan dimana
pengajar lebih tau, pembelajaran hanya proses transfer ilmu dan pembelajaran
teks book sangatlah tidak cocok dengan Negara-negara berkembang. Hal ini
dikarenakan metode tersebut cenderung menciptakan pola pikir yang mekanis dan
memposisikan diri menjadi tenaga kerja siap pakai. Seharusnya sistem pendidikan
yang dibangun juga melibatkan peserta didik sebagai bagian pokok ( subjek
pembelajaran ) yang memiliki peran yang sama dalam ruang pendidikan. Dan hal
yang dibicarakan dalam kelas haruslah mengenai persoalan terdekat dari peserta
didik. Dengan melihat hal tersebut jelaslah ormawa merupakan lingkungan yang
sesuai menurut konsep poulo freire dimana kita belajar langsung mengenau tata
kelola administrasi, manajemen organisasi, manajemen konflik, yang kemudian
menciptakan mental dan jiwa organisasi yang kuat.
Pisau analisa terakhir yaitu pembedahan secara
sosiologis atau kemanfatan untuk masyarakat banyak. Menilik kembali pada
landasan operasional Organisasi mahasiswa yaitu Tri Dharma perguruan tinggi
dalam poin tiga kita temukan “pengabdian masyarakat”, kemudian hal inilah yang
menjadi ruh dalam proses penyusunan program-program kerja organisasi. Maka
banyak kita temukan di berbagai organisasi yang memasukan program pengabdian
masyarakat bahkan membentuk divisi khusus di dalamnya. Mungkin persoalannya
kemudian seperti apa bentuk pengabdian tersebut apakah telah mencapai tahapan
pemberdayaan berkelanjutan atau masih bersifat sporadik “datang –tinggal -
kembali tahun depan”.
Terlepas dari argumen apapun yang kita bangun
mengenai pentingnya organisasi mahasiswa, rasanya kritik otokritik tetap perlu
dilakukan guna mengukur tahapan kerja-kerja organisasi yang telah kita lakukan,
seberapa besar manfaat yang telah kita lakukan bagi mahasiswa, kampus, bahkan
Bangsa dan Negara. Seberapa sering kita turun dalam persoalan realitas
kehidupan di sekitar kita, anak putus sekolah, penggusuran, teknologi
pertanian, kurang gizi dan berbagai persoalan dekat lainnya. Atau mungkin kita
masih masih berkutat pada konflik-konflik internal yang melelahkan belum juga
melakukan komunikasi, kordinasi, bahkan konsolidasi.
Manfaat Berorganisasi Bagi Mahasiswa
Beberapa manfaat berorganisasi bagi mahasiswa,
yaitu:
1. Memperluas
pergaulan
2. Meningkatkan
wawasan/pengetahuan
3. Membentuk pola
pikir yang lebih baik
4. Menjadi kuat
dalam menghadapi tekanan
5. Meningkatkan
kemampuan berkomunikasi
6. Melatih
leadership (kepemimpinan)
7. Belajar
mengatur waktu
8. Memperluas
jaringan (networking)
9. Mengasah
kemampuan social
10. Ajang latihan dunia kerja yang
sesungguhnya
Tips agar organisasi bermanfaat
Beberapa tips bisa Anda jadikan pegangan dalam
memilih organisasi, agar organisasi itu sesuai dan bermanfaat bagi Anda, antara
lain:
1. Lihat visi dan
misi organisasi itu
2. Pelajari jenis
kegiatan yang dilakukan. Apakah sesuai dengan minat, kemampuan dan waktu luang
Anda?
3. Posisi apa
saja yang ada dalam organisasi itu. Sesuaikan posisi yang Anda inginkan.
Pelajari kemungkinan Anda menduduki posisi itu.
4. Setelah
bergabung tunaikan hak dan kewajiban Anda dengan bersemangat. Coba paling tidak
3 bulan
5. Jika selama 3
bulan Anda merasakan manfaatnya maka teruskan, dan jika tidak bermanfaat
segeralah mundur dan cari organisasi lain yang lebih sesuai.
Manfaat Ikut Organisasi Mahasiswa di Kampus
Dengan mengikuti organisasi mahasiswa,
manfaatnya banyak sekali untuk masa depan kamu. Dengan catatan, kamu berperan
sebagai partisipan aktif, bukan sebagai anggota yang sekedar terdaftar namanya
saja dan jarang mengikuti kegiatan yang diadakan. Kalau hanya namanya yang
terdaftar, kamu akan melewatkan kesempatan-kesempatan untuk mempelajari soft skills
yang nantinya berguna di dunia kerja. Lalu kalau ikut, keuntungan apa yang kamu
peroleh? Soft skills seperti apa yang dapat kamu pelajari? Apa manfaatnya di
dunia kerja nanti? Nah di bawah ini dijelaskan beberapa diantaranya:
1. Melatih
Leadership
Ketika ikut organisasi, pastinya akan ada
banyak hal yang harus kamu urus seperti acara-acara organisasi, yang tentunya
melibatkan banyak orang, baik itu sesama mahasiswa anggota organisasi ataupun
orang-orang di luar organisasi. Mahasiswa yang ikut organisasi kampus umumnya
memiliki sikap dan karakter yang lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut
organisasi. Mereka lebih banyak terlatih dalam mengutarakan pendapat di hadapan
orang lain ataupun menggerakkan dan mengarahkan teman-teman sesama anggota ketika
organisasi sedang mengadakan suatu acara. Jika saat ini belum terbayang seperti
apa rasanya mengarahkan teman-teman sendiri, jika nanti sudah berpartisipasi
dalam organisasi, sadar atau tidak sadar, kamu akan terperangah bahwa
sesungguhnya kamu mampu melakukannya. Di dunia kerja, keterampilan leadership
ini pasti bermanfaat sekali. Seringkali di lowongan-lowongan kerja memasukkan
leadership sebagai salah satu kriteria untuk calon karyawan barunya, meskipun
untuk posisi level staf yang sebenarnya tidak memiliki bawahan. Kamu yang
mengikuti organisasi mahasiswa dipandang lebih memiliki inisiatif serta dapat
memotivasi dan mengarahkan diri sendiri dan rekan dalam bekerja. Atasan juga
lebih senang karena tidak harus mengarahkan kamu terus menerus.
2. Belajar
Mengatur Waktu
Dengan ikut organisasi, memang waktu yang biasa
kamu gunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas akan berkurang. Sementara itu,
kuantitas tugas kuliah tetap sama saja antara kamu yang ikut organisasi dan
teman-teman lain yang tidak ikut organisasi. Agar keduanya dapat berjalan
sama-sama lancar dan tidak ada yang terbengkalai, manajemen waktu yang baik
mutlak harus kamu lakukan. Mungkin pada awalnya, kamu akan sedikit kewalahan
membagi waktu untuk kuliah dan organisasi. Tapi, lama-lama kamu akan semakin
terbiasa. Selanjutnya, kebiasaan ini dapat terus terbawa sepanjang sisa hidup
kamu. Setelah bekerja di kantor nanti, kamu akan lebih terlatih dalam mengelola
tugas-tugas yang jumlahnya tidak sedikit dan menetapkan prioritas tugas mana yang
harus lebih dulu dikerjakan.
3. Memperluas
Jaringan atau Networking
Di dalam organisasi akan banyak orang baru yang
kamu kenal. Teman-teman mahasiswa seangkatan, senior, mahasiswa dari jurusan
lain, orang lain atau praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang kamu
pilih, dan sebagainya. Mereka ini (bisa juga disebut sebagai jaringan) jangan
diremehkan, karena merupakan aspek yang penting, terutama bagi fresh graduate
dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Dari mereka, kamu akan dapat memperoleh
informasi mengenai lowongan pekerjaan. Entah itu dari kantor tempat mereka
bekerja atau dari informasi yang mereka miliki. Dan menurut kebiasaan di
berbagai perusahaan, rekomendasi kandidat dari karyawan yang sudah bekerja di
perusahaan tersebut biasanya prosesnya bisa lebih cepat, karena mereka telah
memiliki gambaran dari karyawan dalam tersebut mengenai kamu sebagai calon
karyawan baru.
4. Mengasah
Kemampuan Sosial
Mereka yang tergabung dalam organisasi, umumnya
secara sosial juga lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi.
Jika ikut organisasi, kamu juga akan terlatih berinteraksi dengan berbagai
macam tipe orang. Tidak hanya teman-teman satu jurusan, tapi juga dengan
teman-teman dari program studi yang lain. Dengan ini, tentu akan semakin
memperluas pemahaman kamu akan berbagai karakteristik orang. Sesuai pengetahuan
umum, manusia adalah individu unik. Semakin luas pergaulan kamu, maka pemahaman
kamu akan manusia dapat semakin kaya. Saat bekerja nanti, keterampilan ini akan
sangat membantu. Kamu akan lebih berpengalaman berinteraksi dengan berbagai
karakter rekan kerja, sehingga nantinya akan memudahkan kinerjanya kamu.
5. Problem
Solving dan Manajemen Konflik
Banyak berinteraksi dengan orang dengan
berbagai karakteristiknya, merupakan hal yang lumrah jika satu atau dua kali
terlibat konflik dengan mereka. Demikian juga di dunia kerja, di mana deadline
yang mendesak, rekan kerja yang kurang kooperatif atau sukanya menjatuhkan
rekan kerja di depan atasan, dan lainnya yang rentan menimbulkan konflik. Jika
sudah terbiasa mengatasi masalah dan konflik, kamu tidak akan kaget lagi dan
sudah terbayang hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk menyelesaikan masalah
agar tidak sampai menurunkan perfoma kerja.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa organisasi mahasiswa berperan sebagai ajang simulasi atau latihan dunia
kerja yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena bangku sekolah atau
perkuliahan tidak mengajari kemampuan-kemampuan yang tergolong soft skills
seperti ini. Saat berada di dalam kelas, kita sebatas mendapat pengetahuan
teknis akan suatu disiplin ilmu. Di buku-buku teks yang banyak dijual di
pasaran sebenarnya banyak mencantumkan teori-teori dan tips-tips praktis
mengenai soft skills ini. Namun jika tidak dipraktekkan ke dalam bentuk
perbuatan nyata atau benar-benar melakukannya, ya sama saja nihil. Karena
berkaitan dengan soft skills ini, ada perbedaan mendasar antara tahu teori dan
mampu mempraktekkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di kantor. Berdasarkan
pengalaman para recruiter perusahaan, seringkali memiliki riwayat organisasi
memang merupakan nilai tambah bagi calon pegawai baru. Seperti poin-poin
mengenai manfaat organisasi di atas, kebanyakan perusahaan berpendapat bahwa
calon pegawai yang memiliki pengalaman organisasi lebih terlatih jiwa
kepemimpinannya, memiliki manajemen waktu yang lebih baik, jaringannya yang
lebih luas, keterampilan interpersonalnya juga lebih baik, serta pemilihan
solusi dan pemecahan masalah yang lebih baik dan lebih terlatih menyelesaikan
konflik jika dibanding mereka yang tidak memiliki pengalaman organisasi.