Senin, 16 Desember 2013

PARADIGMA SOSIAL MAHASISWA



Oleh : Departemen pendidikan dan propaganda
Mahasiswa adalah status yang dimiliki orang yang mejalani suatu pembelajaran dalam jenjang yang lebih tinggi melalui teori di bidang kekhususan.
Paradigma sosial mahasiswa merupakan suatu kerangka berfikir yang diikuti dengan kerja-kerja dalam memhami realita. Namun, yang terpentig arti mahasiswa disini dinamika kehidupan masyarakat yang ikut mewarnai corak kehidupan di dalamnya, karena ia berasal dari masyrakat dan kembali ke massa rakyat.
Mahasiswa mempunyai energi dan kekuatan tersendiri yang membuat dia sangat berpotensi. Mahasiswa mempunyai waktu luang untuk belajar, daya analisa yang dalam, dan berkontaminasi dengan struktur kekuasaan, memiliki tradisi berfikir kritis dan punya keberpihakan yang jelas. Sebuah kerangka berfikir kritis dan punya keberpihakan yang jelas. Sebuah kerangka berfikir Yang dimiliki oleh seorang mahsiswa sehingga mampu melihat sosial yang ada secara keseluruhn melalui kerja-kerja yang mengarah kepda perubahan untuk menciptakan suatu tatanan yang adil secara sosial, sejahtera secara ekonomi, demokrasi secara politik, dan partisipatif secara budaya.
Fase pasca kemerdekaan sampai pergeseran fase keindonesiaan dari orde lama ke orde baru. Mahsiswa dianggap sebagai agent of change di tatanan masyarakat, karena dengan kekuatan mahsiswa yang memiliki perspektif yang sama guna menguh pola suatu system perubahan orde baru mamp untuk bersatu menju ke reformasi di dalam Negara Indonesia. Tujuan ketika seorang menjadi mahasiswa menerapkan tridarma perguruan tinggi, Yaitu : pendidikan penelitian dan pengabdian masyrakat.
Maksudnya adalah, saat mahasiswa sedang menempuh pendidikan, dengan seimbang. Dengan kata lain, mahasiswa tersebut dapat menganalisa baikdlam kehidupan sosial lainnya. Ketika mahasiswa tersebut luls dari perguruan tinjggi dapat menerapkan teori-teori yang telah didapatkan bekerja di dalam msyarakat dan dapat mengabdikan seiap hasil dari ilmu pengetahuan yang didpata dari perguruan tinggi kepda masyarakat secara penuh bukan sekedar mencari provide oriented semata.
Tipologi Mahasiswa
Orientasi mahasiswa pada umunya adalah untuk dapat memperoleh pekerjaan dengan posisi yang cukup baik, walaupun ada yang mempunyai tujuan-tujuan ideal lainnya, arientasi ini kemudian saling pengaruh mempengaruhi kondisi objektif yang mereka alami di kampus (kondisi birokrasi, kelembagaan dan hubunan sosial) proses dialektika tersebut kemudian secara umum melahirkan tipologi sbb:

1.Mahasiswa Profesional
Mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang katifnya sebagian besar dipastikan untuk dapat memperoleh nilai yang baik, kerjanya belajar dan belajar, dan cenderung apatis terhadap masalah-masalah disekelilingnya.
2.Mahasiswa Pragmatis
Mahasiwa yan mengandalkan kecakapan mereka dalam berorientasi untuk dapat menonjol di antara kawan-kawannya, kecenderungan mereka adalah mencari muka di depan birokrat kampus.
3.Mahasiswa Trend Setter (hedonis)
Mahasiswa yang mengalamai dis orientasi dalam proses belajar mengajar dalam perkuliahan. Kerja mereka hanya di isi dengan kegiatan happy fun dan berdandan habis-habisan.
4.Mahasiswa Kritis
Mahasiswa yang mempunyai kecenderunan berfikir, ia menjadi seorang yan mau memecahkan masalah-masalah yan dihadapi oleh komunitasnya. Mempunyai pandangan dan analisa yang mendalam persoalan-persoalan yang dihadapi baik di dunia kampus maupun di luar kampusnya.
Sesuai dengan pemaparan dari point-point sebelumnya adalah benar ketika kita lihat pada realita kondisi dalam kehidupan perkampusan ternyata banyak banyak macam-macam style / gaya hidup mahasiswa masa kekinian. Tentunya pada era ’70 pandangan & kehidupan seoranmg mahasiswa berbeda dengan mahasiswa saat ini yang hidup dan tumbuh di zaman globalisasi.
Pada kondisi kekinian pergeseran makna dan orientasi mahasiswa saat ini sudah semakin banyak kebutuhannya, ketika seseorang menjadi mahasiswa. Salah satu faktor yang dapat membentuk watak, pola pikir, dan tindakan manusia adalah lingkungan dan pergaulan. Artinya saat pembentukan proses jati diri seseorang tergantung darimana dia berasal dan dibesarkan. Pergeseran makna yang dimaksud adalah transisi jaman yang terus-menerus berkembang sesuai dengan kondisi dan pergaulan pasar internasional. Sebut sebagai contohnya mahasiswi yang menjadi perokok aktif pda fase itu adalah menjadi suatu hal yang tabu yang kemudian mahasiswi tersebut adalah emansipasi wanita untuk bebas berekspresi dan berkreasi. Hal yang ulas saat ini tidak terfokus dengan baku atau tidaknya contoh cass di atas, namun lebih ke transisi gaya pergaulan mahasiswa dulu dan sekarang.
Tidak lepas dari itu, tinjau dari sudut pandang kondisi situasi nasional di Negara Indonesia adalah salah satu engara konsumtif, baik secara perdagangan, produksi maupun distribusinya. Tak heran ketika masyarakat pun selalu dihadapkan dengan kondisi keinginan yang lebih tinggi dari kebutuhan pokoknya yang biasa dimasukkan ke dalam pepatah “Lebih besar pasak dari pada tiang”, misalnya saja seorang pekerja pabrik + Rp 900.000 menjalani kehidupan yang serba berkecukupan bahkan terkdang kekurangan, kenapa? Karena pekerja tersebut memiliki beberapa tanggung jawab untuk membayar semua kreditan motor, tv, kulkas, atau beberapa barang-barang elektronik lain-lainnya ditambah dengan bayaran sekolah anak, makan, dan kebutuhan sandang. Dalam arti dia harus bertarung dalam arti dengan kondisi kehidupan yang kekinian y ang disatu sisi menghadapkan kepada pilihan-pilihan hidup untuk lebih baik. Walaupun dengan mengkredit semua barang yang dikarenakan produk barang yang terus menerus hadir didepan dia. Maka siapa yang salah? Pekerja pun termasuk masyarakat yang ingin menikmati kehidupan.
Dengan contoh kasus di atas apabila kita relasikan dengan kondisi mahasiswa yang taraf hidupnya determinan ke batas normal adalah betapa beruntungnya kita dapat menikmati secara keseluruhan setiap kebutuhan yang kita ingginkan walaupun dengan ara bergantung pada keluarga orang tua. Data dari badan pusat statsitik mengungkapkan hanya sekitar + 9% masyarakat yang dapat menikmati taraf pendidikan yang layak dan itupun banyak hal yang harus dipenuhi dengan beberapa persyaratan administrasinya. Lebih condong menikmati style hedonisme adalah suatu hal yang lumrah, karena faktor objektiflah yang membuat para mahasiswa memiliki gaya hidup seperti itu. Menjadi suatu tuntunan jamanlah saat mahasiswa memiliki gaya hidup yang ingin terus mencoba hal yang baru dan membuang waktu yang membuat dirinya bosan dengan cara hang out keluar dari kehidupan rutinitasnya. Maka, merupakan hal yang patut disyukuri saat ini ketika berada dalam kehidupan kita hingga hari ini serba kecukupan.
“Budaya konsumtif yang ada dalam diri manusia tentunya tidak terlepas dari watak manusia sebagai makhluk yang hedonis dimana ras tidak puas akan sesuatu hal akan timbul dalam diri manusia, perkembangan sosial dan teknologi dalam masyarakat juga turut mempengaruhi di dalamnya, inilah yang akhirnya mempercepat lahirnya watak konsumtif dan budaya (brand it) khususnya dalam diri mahasiswa sebagai salah satu golongan menengah keatas yang ada di masyarakat, kondisi ini pun yang mengakibatkan semakin lebarnya jurang natara si kaya dengan si miskin”.
Mahasiswa dengan bangganya membeli dirinya dengan gelar sebagai agent of change dan agent of control tak mampu berbuat banyak atas segala bentuk ketimpangan dan ketertindasan ini. Karena sebagian besar lebih memilih berjuang demi kepentingan diri dan golongannya. Bagi mahasiswa kebanyakan, seakan-akan ketimpangan yang terjadi itu hanya menjadi urusan segelintir orang atau elit pemerintahan. Dan merasa tugas dan kewajibannya hanya masuk ruang kuliah, duduk, mendengarkan dengan baik dan mencatat dengan rapi apa yang disampaikan oleh dosen, habis itu pulang ke tumah atau ke kos atau nongkrong, tidur , ke kampus lagi, setiap hari selama di menjadi mahasiswa, siklus aktivitas di sekitar situ. Padahal di lingkungan kampusnya ada banyak persoalan dihadapi dan merugikan mereka yang tidak pernah di jawab oleh mahasiswa. Semisal; biaya pendidikan yang mahal dan tidak terjangkau oleh kalangan bawah smentara, hak kita untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, fasislitas yang memadai dan menunjang proses belajar mengajar, birokrasi kampus yang korup, pengambilan keputusan dan masih banyak lagi. Sungguh naas nasib kita (mahasiswa) membiarkan diri dijajah dalam bentuk-bentuk baru dan halus sungguh konyolnya kita yang membiarkan hak-hak kita dikebiri oleh orang lain.
Persoalan yang (mahasiswa) hadapi di dalam kampus tidak bisa di pandang secara sempit (semata-mata persoalan kampus) dan terlepaskan dengan kondisi sosial, ekonomi, politik, dan budaya diluar kampus. Karena;

Pertama, kondisi objektif (kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya) yang terjadi di luat lingkungan kampus adalah faktor kuat yang mempengaruhi kondisi di internal dan tata kehidupan di dalam kampus.
Kedua, ruang kehidupan mahasiswa ada dua, kampus dan masyarakat.
Tugas besar seorang mahasiswa harus belajar, berorganisasi dan berjuang demi masyarakat yang tertindas dan mampu untuk membela hak-hak kaum pelajar.

Minggu, 24 November 2013

TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI


Pengertian Tri Dharma Perguruan Tinggi

Adapun isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah:
1. Pendidikan dan Pengajaran
Pengertian pendidikan dan pengajaran disini adalah dalam rangka menerusakan pengetahuan atau dengan kata lain dalam rangka transfer of knowledge ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan melaui penelitian oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Dalam pendidikan tinggi dinegara kita dikenal dengan istialh strata, mulai dari strata satu(S-1) yaitu merupakan pendidikan program sarjana, strata dua(S-2) merupakan program magister dan strata tiga (S-3) yaitu pendidikan doktor dalam sutau disiplin ilmu,serta pendidikan jalur vokasional/non gelar(diploma).
2. Penelitian dan pengembangan
Kegiatan penelitain dan pengembangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penelitain,m aka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi terhambat. Penelitian ini tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi harus dilihat keterkaitannya dalam pembangunan dalam arti luas. artinya penelitain tidak semata-mata hanya untuk hal yang diperlukan atau langsung dapat digunakan oleh masyarakat pada saat itu saja,akan tetapi harus dilihat dengan proyeksi kemasa depan. Dengan kata lain penelitian dipergurun tinggi tidak hanya diarahkan untuk penelitian terapan saja,tetapi juga sekaligus melaksanakn penelitian ilmu-ilmu dasar yang manfaatnya baru terasa penting artinya jauh dimasa yang akan datang.
3. Pengabdian pada masyarakat
Dharma pengabdian pada masyarakat harus diartiakan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dikembangkan di perguruan tinggi, khususnya sebagi hasil dari berbagai penelitian.Pengabdian pada masyarakat merupakan serangkaian aktivitas dalam rangka kontribusi perguruan tinggi terhadap masyarakat yang bersiafat konkrit dan langsung dirasakan manfaatnya dalam waktu yang relatif pendek. Aktivitas ini dapat dilakukan atas inisiatif individu atau kelompok anggota civitas akademika perguruan tinggi terhadap masyarakat maupun terhadap inisiatif perguruan tinggi yang bersangkutan yang bersifat nonprofit(Tidak mencari keuntungan). Dengan aktivitas ini diharapkan adanya umpan balik dari masyarakat ke perguruan tinggi, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut.



Ketiga faktor ini erat hubungannya, sebab penelitian harus menjunjung tinggi kedua dharma yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui Pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. 






sumber: http://iw4nrisw4ndi.blogspot.com/2011/04/pengertian-tri-dharma-perguruan-tinggi.html

kenapa harus kuliah?


Motivasi, Kenapa Harus Kuliah..???

Motivasi di sini adalah dasar bagi kita untuk memutuskan suatu jalan atau pilihan ke depan. Berasal dari kata movere (latin) atau dalam bahasa Inggris to move, yang artinya menggerakkan atau mendorong. Dengan motivasi-lah seseorang akan bergerak, melangkah menuju tujuan yang diinginkan. Bahkan orang yang tidak melakukan apa-apa pun juga memiliki motivasi. Yaitu motivasi untuk tidak melakukan apa-apa, alias malas!

Ada banyak motivasi yang melatarbelakangi keputusan kita untuk masuk kuliah. Namun semisal semuanya disebutkan, niscaya muaranya hanya ada pada 3 (tiga) hal; prestise, profesi, dan kontribusi.

Prestise

Prestise adalah kebanggaan yang mewakili jiwa muda kita sebagai mahasiswa. Keinginan untuk bergaul dengan sesama dan mencari kawan sebanyak-banyaknya adalah beberapa di antara banyak motivasi yang terkadang hadir di dalam benak kita. Termasuk di antaranya kebanggaan bisa masuk ke universitas/jurusan favorit.

Para fresh graduate pasti akan bersemangat ketika disinggung tentang target mereka. Kalau ada yang menjawab ‘belum tahu, hehehe’ sambil nyengir menunjukkan gigi-giginya, anggap saja dia calon mahasiswa aneh, yang belum punya tujuan yang jelas! Namun ada juga siswa fresh graduate yang idealis dalam menentukan tempat persinggahan berikutnya. Siswa seperti mereka memiliki empat jenis patokan dalam memilih targetnya;

Pertama, patokan perguruan tinggi. Semisal; “Kalau gak kuliah di ITB, tidak mau! Jurusan apa saja terserah, yang penting ITB!” Jadilah fokus usahanya hanya untuk masuk ITB.
Kedua, patokan jurusan. Semisal; “Kalau gak kuliah di Kedokteran Umum, tidak mau! Universitas mana saja terserah, yang penting Kedokteran Umum!” Maka dia akan berusaha mati-matian untuk masuk ke Kedokteran Umum.
Ketiga, patokan kota. Semisal, “Kalau gak kuliah di Surabaya, tidak mau! Universitas mana saja, jurusan apa saja, yang penting di Surabaya!” Maka dia cenderung mencari perguruan tinggi yang ada di Surabaya saja.
Keempat, patokan prospek. Semisal, “Kalau gak kuliah di kedinasan/yang menjamin jadi PNS, tidak mau! Di mana saja boleh, asal kedinasan dengan prospek jelas!” Jadilah dia akan berusaha agar diterima di jurusan dengan prospek jelas seperti yang dimaksud.

Kita pasti bangga ketika diterima di perguruan tinggi yang kita inginkan, dengan patokan seperti yang saya uraikan di atas. Dan kebanggaan itu bisa mendorong kita untuk berbuat lebih ketika perkuliahan sudah berjalan. Namun, motivasi seperti ini kurang kuat untuk bisa membuat kita bertahan. Mengapa? Karena jika seorang mahasiswa hanya menggunakan motivasi ini, yang ada adalah dia berjuang hanya untuk bisa masuk di perguruan tinggi yang diinginkan saja. Setelah masuk, tidak ada jaminan bahwa dia akan berbuat yang terbaik untuk studinya tersebut.

Memang, dengan adanya targetan seperti itu para calon mahasiswa akan terarah dalam mengambil jalan yang akan mereka tempuh selanjutnya. Namun sayang, banyak yang terlalu ‘ekstrim’ dalam menyikapi targetan di atas. Untuk mencapainya, mereka akan bekerja keras, pagi-sore-siang-malam demi mencapai targetan itu. Ketika target mereka tercapai…..TA-DA! Seolah-olah mereka berada di puncak dunia, sambil memegang piala kemenangan! Tetapi, karena tenaga mereka habis terkuras untuk menjalani tes demi tes, ketika masuk kuliah semangat mereka malah turun…

Hal di atas senada dengan yang diungkapkan oleh Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto, seorang pria asal Surabaya yang berhasil menggondol 4 gelar professor dan kini menjadi dosen salah satu universitas swasta terbesar di Jepang, Waseda University. Ketika hostsebuah acara televisi dari Indonesia bertanya kepada beliau tentang mahasiswa Jepang yang –ternyata- juga butuh dimotivasi, beliau menjawab “..semangat belajar mereka (mahasiswa) hanya untuk masuk ke Waseda (perguruan tinggi) saja..”

Prof. Soetanto banyak menyinggung tentang mahasiswa seperti mereka. Beliau mengungkapkan semangat yang mahasiswa miliki hanya sampai tingkat masuk ke perguruan tinggi saja. Jarang ada mahasiswa yang memiliki semangat melebihi itu. Oleh karena itu, jika motivasinya hanya sebatas prestise saja, maka itu belum bisa menjamin kelangsungan hidup kita selama menjadi mahasiswa. Apalagi menjamin kehidupan kita di masa depan!


Profesi

Profesi adalah orientasi hasil dari proses selama kita kuliah. Contoh konkretnya seperti ijazah, gaji, jaminan kesejahteraan hidup, menjadi Pegawai Negeri Sipil, pekerjaan layak, dsb. Sangat logis jika banyak calon mahasiswa memilih jurusan berdasar pertimbangan profesi. Karena logika mereka adalah ‘karir menjanjikan kesejahteraan hidup, dan kesejahteraan hidup menjanjikan kebahagiaan’.
Ketika para calon mahasiswa melakukan survey jurusan, biasanya mereka akan menanyakan prospek kerja dari jurusan yang mereka inginkan. Bahkan tak jarang yang sampai bertanya gaji dan hal-hal lain yang menunjang kesejahteraan hidup mereka ke depan.

Mayoritas calon mahasiswa memiliki paradigma bahwa karir adalah hal penting. Karena karir menentukan status sosial mereka di masyarakat. Sehingga mereka terdorong untuk mencari sebesar-besar peluang, agar nanti setelah kuliah dengan mudah mendapatkan pekerjaan.

Hal ini memang sedikit mirip dengan patokan keempat yang telah saya jelaskan di pembahasan prestise. Hanya saja di pembahasan sebelumnya saya lebih menekankan kepada keinginan seorang calon mahasiswa untuk masuk ke jurusan dengan prospek kerja jelas. Namun ketika orientasi seorang calon mahasiswa adalah profesi –seperti yang saya bahas sekarang-, maka tujuannya setingkat lebih tinggi daripada sekedar masuk ke jurusan dengan prospek kerja baik.

Namun, walaupun setingkat lebih baik, logikanya tetap sama dengan yang prestise. Seandainya seorang mahasiswa sudah mendapat profesi yang diinginkan, maka semangatnya dalam menjalani kehidupan lambat laun akan menurun. Karena orientasinya hanya terbatas pada profesi, jika sudah mendapatkan profesi yang diinginkan, lalu setelah itu apa? Kebanyakan pasti bingung akan menentukan tujuannya

Begitu juga ketika cita-cita yang diimpikan tidak tercapai. Semisal, ia begitu ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun karena ia diterima di jurusan yang kecil kemungkinannya untuk menjadi PNS, akhirnya semangatnya turun. Sehingga kadar usaha orang tersebut menjadi terbatas pada bayangan pekerjaan yang nanti akan dijalaninya. Tidak ada gairah untuk menjalani hari-hari dalam menggapai cita-cita.

Sekedar info, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah lulusan universitas yang menjadi pengangguran terbuka adalah 8,319,779 jiwa atau sekitar 11,92 persen. Ketika motivasi mereka terbatas pada profesi, angka pengangguran terbuka lulusan universitas masih cukup mengkhawatirkan. Yang dikhawatirkan setelah lulus, mahasiswa yang motivasinya kurang tepat akan terjebak pada kejumudan/disorientasi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita mencari alternatif motivasi lain..

Kontribusi

Kontribusi! Untuk mengulas hal ini saya sampai bingung harus mengawalinya dari mana. Karena jika kontribusi sudah disinggung, ulasannya –yang saya pikirkan- terasa sangat panjang. Sampai-sampai ketika membahasakannya dalam tulisan saya tidak sanggup menjangkau semuanya. Ke depan, kontribusi ini akan banyak kita bahas. Jadi jangan pernah bosan ya!

Kontribusi itu seperti saat kita menyelam ke dasar laut. Sebelum kita menyelam, membutuhkan persiapan yang optimal. Ketika sudah masuk ke dalam air, maka semua sudah harus ter-mindset ke dalam otak, apa yang akan dilakukan, dengan mempertimbangkan waktu yang diberikan (jatah oksigen dalam tabung).

Baiklah, mari tetapkan aturan mainnya. Tujuan: menuju dasar, ambil mutiara, dan kembali! Jika sebelum mendapatkan mutiara kita kembali, berarti gagal. Kalau oksigen habis sebelum mendapatkan sebelum kembali, berarti mati.

Saya harap Anda sudah bisa membawa analoginya ke pembahasan ini. Kontribusi tidak bisa setengah-setengah. Ia meminta kita terjun secara penuh ke dalam tugas yang diberikan. Kalau ia menuntut tubuh kita basah, maka dari ujung rambut sampai ujung kaki harus ikut basah. Tidak hanya sebagian kaki atau tangan saja. Tetapi semua!

Sebelum tugasnya selesai, kita tidak bisa kembali. Karena kalau kembali tanpa membawa hasil, berarti kita sudah membuang-buang energi. Lebih baik kita tidak usah menyelam sekalian.
Kita juga harus pandai-pandai menakar kemampuan. Jangan sampai energi kita habis untuk mengerjakan hal yang tidak strategis. Ingat, kita masih punya tujuan. Efektivitas itu sangat diperlukan. Jika kita tidak bisa me-manage dengan baik, bisa-bisa waktu kita habis sebelum tujuan kita tercapai. Kalau sudah begitu, tahu sendiri kan risikonya…

Mahasiswa yang ingin berkontribusi tidak terlalu memikirkan hal-hal teknis yang akan dibebankan padanya –dalam hal ini berupa pilihan jurusan-. Walaupun dia memiliki kecenderungan yang membuatnya merasa nyaman untuk berkontribusi di sana, andai Allah memberikan jalan lain, ia akan memanfaatkannya sebaik-baiknya. Singkatnya, apabila ia ditempatkan pada jurusan yang ia sukai, alhamdulillah. Kalau tidak, ya alhamdulillah. Bumi Allah sangat luas untuk dijadikan tempat berkontribusi.

Targetnya tidak terpatok pada batas kelulusan saja, lebih tinggi lagi. Yaitu apa yang akan dilakukan setelah lulus! Bahkan lebih tinggi dari itu.. sapa yang akan dilakukan setelah bekerja! Apa yang akan dilakukan setelah berkeluarga! Apa yang akan diberikannya pada masyarakat! Apa yang akan diberikannya pada umat! Apa yang akan diberikannya pada dunia!!!

Mahasiswa seperti ini memahami, bahwa kuliah hanyalah secuil usaha dari banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menuju kematangan. Sehingga ia selalu belajar..belajar..dan belajar! Ia pun sadar, bahwa ilmu yang diperolehnya tidak sertamerta menjadi miliknya saja. Umat juga berhak mengaksesnya. Oleh karena itu setelah menuntut ilmu, ia tidak enggan atau lupa untuk berkarya..berkarya..dan berkarya!

Dan mahasiswa yang ingin berkontribusi, selalu belajar dan berkarya! Karena di jalan dakwah mereka kuliah.
 sumber: http://gustav4rt.blogspot.com/2013/05/motivasi-kenapa-harus-kuliah.html

perbedaan antara organisasi formal dan nonformal

Teori organisasi formal dan non formal

Teori organisasi formal dan non formal

Pada Istilah organisasi berasal dari kata organon/bahasa yunani. Yang berarti alat, tools. Desain organisasi (organizational design) merupakan proses memilih dan mengimplementasikan struktur yang terbaik untuk mengelola sumber-sumber untuk mencapai tujuan. Sasaran desain organisasi adalah menggunakan struktur yang memberikan fasilitas pengimplementasian strategi. Desain organisasi dapat juga dinyatakan sebagi proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manajer untuk memilih struktur organisasi yang sesuai dengan strategi untuk organisasi dan lingkungan tempat anggota organisasi melaksanakan strategi tersebut. Desain organisasi menuntut manajer untuk melihat secara bersamaan ke dalam organisasi dan ke luar organisasi. Ada empat bagian untuk membangun desain organisasi, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan koordinasi. Dalam pengembangan desain organisasi ada dua hal yang penting; pertama perubahan stratgei dan lingkungan berlangsung dengan berlalunya waktu, desain organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Kedua, perubahan dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan berbuat salah dalam rangka mensyusun desain organisasi. Manajer hendaknya memandang desain organisasi sebagai pemecahan masalah dan mengikuti tujuan organisasi dengan gaya situasional atau kontingensi,yaitu struktur yang ada didesain untuk menyesuaikan keadaan organisasi atau sub unitnya yang unik.

Organisasi didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut :

Menurut Prof. Dr. Sondang Siagian, Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk suatu tujuan bersama dan terikat secara formal.
Menurut Chester I. Barnard, Organisasi adalah suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. (W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia)
Jadi, paling tidak definisi organisasi terdiri dari :

1. orang orang/sekumpulan orang
2. kerjasama
3. tujuan bersama

Desain organisasi menekankan pada sisi manajemen dari teori organisasi dengan mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal

1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh :ASEAN, Perseroan terbatas,organisasi Sekolah yang di kelola secara resmi terstruktur, Negara ,OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain. contoh gambar ASEAN



2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, kelompo belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung atau ke puncak dengan teman, kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu grup musik.
dan kursus mengajar anak sd dan lain2. conoth kelompok belajar




Salah satu bagian penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan hubungan formal seperti yang ditunjukkan bagan organisasi.
Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :

1. Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.

2. Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.

3. Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.

4. Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok informal.
Walaupun ada perbedaan tersebut adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan setiap organisasi informal brkembang dalam berbagai tinkatan formal.

sumber: http://tangkaslubis.blogspot.com/2010/11/teori-organisasi-formal-dan-non-formal.html

Pentingkah Berorganisasi?


Menjadi seorang mahasiswa bukanlah hal mudah, namun bisa dipermudah jika kita mau untuk menjalaninya dengan baik. Caranya, kita harus menjalankan kewajiban kita sebagai mahasiswa dengan semestinya. Menjadi mahasiswa jangan hanya sebatas mahasiswa biasa. Kita harus mengikuti arus pergaulan kampus, tentunya pergaulan yang memberikan dampak positif bagi perkuliahan kita.
Di kampus, kita harus bisa membiasakan diri untuk menunjukkan rasa sosial yang tinggi. Itu semua bisa diwujudkan dengan bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di kampus. Disana kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu memberikan dampak yang baik di lingkungan kampus. Kita harusnya bisa menjadi contoh bagi rekan-rekan kita yang lain maupun junior yang akan bergabung nantinya.
Organisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan mahasiswa yang menimba ilmu di kampus. Organisasi sebetulnya sangat penting untuk kebaikan kita sebagai mahasiswa, namun kesadaran berorganisasi itu sangat minim dewasa ini. Sudah semakin berkurang tampaknya mahasiswa yang berminat untuk bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada di kampus. Padahal, dengan berorganisasi kita mampu menemukan jati diri kita sesungguhnya sebagai kaum intelektual. Tidak hanya sekedar duduk dan mendengarkan dosen memberi perkuliahan, tetapi kita juga bisa merasakan kepuasan menjadi seorang pemimpin pada sebuah organisasi.
Dalam berorganisasi, kita bisa mengenal dunia kampus lebih luas. Misalnya, kita adalah seorang mahasiswa yang tidak terbiasa dengan pidato ataupun sering gugup ketika berbicara di depan orang ramai, dengan berorganisasi kita akan dibina untuk hal itu. Setidaknya, keluar dari organisasi tersebut kita mampu untuk berbicara secara terbuka di depan orang banyak.
Aspek utama yang harus kita miliki dalam berorganisasi yaitu mental. Jika kita sudah punya mental untuk berlabuh pada sebuah organisasi, maka akan mudah bagi kita untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Setelah itu barulah kita melaksanakan pembinaan dalam organisasi tersebut dengan baik. Berbeda dengan orang yang tidak pernah berorganisasi, jangankan untuk berbicara di depan orang ramai, berdiskusi dengan ruang lingkup yang kecilpun tidak sanggup rasanya untuk berpendapat.
Betapa pentingnya organisasi tidak mampu kita ukur secara formal, namun bisa kita rasakan dengan perasaan. Dahulunya kita hanyalah seorang yang pendiam dan jarang bergaul, setelah mencoba untuk berorganisasi maka kita bisa untuk mengeluarkan pendapat dan berbicara dengan tenang. Kita tidak lagi merasakan gugup atau gemetar melihat kumpulan orang yang akan mendengar apa yang akan kita ucapkan.
Penulis sendiri dahulunya tidak memiliki skill untuk berbicara sedikitpun. Namun, setelah merasakan hidup berorganisasi, maka terasa sangat membantu disaat perkuliahan. Biasanya penulis hanya duduk-duduk dan mengobrol di belakang, namun setelah berorganisasi penulis lebih tertarik untuk duduk di bagian depan dan bertanya jawab dengan dosen bersama teman-teman lainnya. Itulah kira-kira gambaran yang mungkin bisa memotivasi mahasiswa di lingkungan kita ini memanfaatkan organisasi agar mampu menemukan jati dirinya sebagai mahasiswa.
Seorang mahasiswa akan mengarungi perjalanan panjang untuk meraih mimpinya sebagai seorang sarjana, kemudian mendapatkan pekerjaan yang layak tentunya. Begitulah kira-kira keinginan semua mahasiswa yang berjuang keras melewati perjalanan panjangnya selama duduk di bangku perguruan tinggi. Perjalanan panjang itu tidak boleh disia-siakan, karena kita harus bisa memanfaatkan segala hal yang baik untuk memberi hasil positif bagi diri kita sendiri. Akan lebih baik jika kita juga mampu memberikan dampak positif bagi orang lain.
Bagi mahasiswa yang belum menemukan jati dirinya sebagai seorang mahasiswa, maka berusahalah untuk bergabung dengan organisasi yang ada di kampus. Semua itu akan berguna untuk kelangsungan perkuliahan dan mampu menjalin persahabatan antara sesame mahasiswa di kampus. Janganlah menjadi mahasiswa seperti batu yang terselip dalam pondasi, yang hanya bertahan pada satu tempat berdiam. Sama halnya dengan mahasiswa yang hanya duduk di bangku kuliah tanpa memberikan umpan balik dalam perkuliahan.
Mungkin kita pernah mendengar istilah “mahasiswa kupu-kupu” yang artinya mahasiswa tersebut hanya datang untuk perkuliahan semata. Sementara untuk informasi lainnya yang ada di kampus tidak ia hiraukan jika tidak ada sangkut pautnya dengan mata kuliah. Sebaiknya, kita jangan mencontoh mahasiswa yang demikian. Hendaknya kita bisa menjadi mahasiswa sejati dan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita dengan berorganisasi di kampus.


MENAKAR PENTINGNYA ORGANISASI MAHASISWA

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi Sedangkan organisasi mahasiswa yaitu organisasi yang berisikan mahasiswa1. Kemudian organisasi mahasiswa dibedakan menjadi 2 yaitu internal dan eksternal kampus. Organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetatman, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan tarap kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Artinya dengan definisi tersebut kita memahami betapa besarnya tanggung jawab dari organisasi mahasiswa yang secara perlahan harus kita penuhi sebagai beban moral dalam memperjuangan apa yang digariskan para pendahulu republik Indonesia. Menjawab pertanyaan seberapa penting organisasi mahasiswa terdapat  berbagai metode. Dalam kesempatan ini penulis mencoba menggunakan 3 pisau analisa singkat, yang pertama secara yuridis, filosofis, dan terakhir sosiologis.
Secara yuridis ( peraturan Perundang-undangan ) organisasi mahasiswa telah memiliki payung hukum yang menjamin keberadannya yaitu PP NO. 60 tahun 1999 tt Perguruan Tinggi yang kemudian secara teknis dilindungi Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia NOMOR 155 /U/1998. Banyak hal yang dijelaskan dalam peraturan tersebut baik kedudukun, fungsi, tanggung jawab, hingga mengenai persoalaan pendanaan yang dapat berasal dari kampus atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan. Hal ini berakibat bahwa secara konstitusional organisasi mahasiswa di akui dan memiliki hak-hak serta kewajiban yang melekat sesuai peraturan tersebut.
Metode kedua yaitu pembedahan secara filosofis, persoalan fakta sejarah bahwa mahasiswa melalui organisasinya telah berkontribusi dalam pengawalan proses perubahan bangsa rasanya tak perlu banyak kita bahas. Penulis justru ingin mengemukakan apa yang dicetuskan oleh Paulo Freire (1921-1997) salah seorang tokoh pendidikan asal Amerika Latin. Paulo freire dalam konsepnya berusaha merubah sistem pendidikan gaya Bank yang banyak diterapkan di banyak negara maju (lebih lanjut silakan cari tt Pailo Freire) menuju sistem pembelajaran pemecahan masalah. Bahwa sistem pendidikan dimana pengajar lebih tau, pembelajaran hanya proses transfer ilmu dan pembelajaran teks book sangatlah tidak cocok dengan Negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan metode tersebut cenderung menciptakan pola pikir yang mekanis dan memposisikan diri menjadi tenaga kerja siap pakai. Seharusnya sistem pendidikan yang dibangun juga melibatkan peserta didik sebagai bagian pokok ( subjek pembelajaran ) yang memiliki peran yang sama dalam ruang pendidikan. Dan hal yang dibicarakan dalam kelas haruslah mengenai persoalan terdekat dari peserta didik. Dengan melihat hal tersebut jelaslah ormawa merupakan lingkungan yang sesuai menurut konsep poulo freire dimana kita belajar langsung mengenau tata kelola administrasi, manajemen organisasi, manajemen konflik, yang kemudian menciptakan mental dan jiwa organisasi yang kuat.
Pisau analisa terakhir yaitu pembedahan secara sosiologis atau kemanfatan untuk masyarakat banyak. Menilik kembali pada landasan operasional Organisasi mahasiswa yaitu Tri Dharma perguruan tinggi dalam poin tiga kita temukan “pengabdian masyarakat”, kemudian hal inilah yang menjadi ruh dalam proses penyusunan program-program kerja organisasi. Maka banyak kita temukan di berbagai organisasi yang memasukan program pengabdian masyarakat bahkan membentuk divisi khusus di dalamnya. Mungkin persoalannya kemudian seperti apa bentuk pengabdian tersebut apakah telah mencapai tahapan pemberdayaan berkelanjutan atau masih bersifat sporadik “datang –tinggal - kembali tahun depan”.
Terlepas dari argumen apapun yang kita bangun mengenai pentingnya organisasi mahasiswa, rasanya kritik otokritik tetap perlu dilakukan guna mengukur tahapan kerja-kerja organisasi yang telah kita lakukan, seberapa besar manfaat yang telah kita lakukan bagi mahasiswa, kampus, bahkan Bangsa dan Negara. Seberapa sering kita turun dalam persoalan realitas kehidupan di sekitar kita, anak putus sekolah, penggusuran, teknologi pertanian, kurang gizi dan berbagai persoalan dekat lainnya. Atau mungkin kita masih masih berkutat pada konflik-konflik internal yang melelahkan belum juga melakukan komunikasi, kordinasi, bahkan konsolidasi.

Manfaat Berorganisasi Bagi Mahasiswa
Beberapa manfaat berorganisasi bagi mahasiswa, yaitu:
1.      Memperluas pergaulan
2.      Meningkatkan wawasan/pengetahuan
3.      Membentuk pola pikir yang lebih baik
4.      Menjadi kuat dalam menghadapi tekanan
5.      Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
6.      Melatih leadership (kepemimpinan)
7.      Belajar mengatur waktu
8.      Memperluas jaringan (networking)
9.      Mengasah kemampuan social
10.  Ajang latihan dunia kerja yang sesungguhnya

Tips agar organisasi bermanfaat
Beberapa tips bisa Anda jadikan pegangan dalam memilih organisasi, agar organisasi itu sesuai dan bermanfaat bagi Anda, antara lain:
1.      Lihat visi dan misi organisasi itu
2.      Pelajari jenis kegiatan yang dilakukan. Apakah sesuai dengan minat, kemampuan dan waktu luang Anda?
3.      Posisi apa saja yang ada dalam organisasi itu. Sesuaikan posisi yang Anda inginkan. Pelajari kemungkinan Anda menduduki posisi itu.
4.      Setelah bergabung tunaikan hak dan kewajiban Anda dengan bersemangat. Coba paling tidak 3 bulan
5.      Jika selama 3 bulan Anda merasakan manfaatnya maka teruskan, dan jika tidak bermanfaat segeralah mundur dan cari organisasi lain yang lebih sesuai.

Manfaat Ikut Organisasi Mahasiswa di Kampus
Dengan mengikuti organisasi mahasiswa, manfaatnya banyak sekali untuk masa depan kamu. Dengan catatan, kamu berperan sebagai partisipan aktif, bukan sebagai anggota yang sekedar terdaftar namanya saja dan jarang mengikuti kegiatan yang diadakan. Kalau hanya namanya yang terdaftar, kamu akan melewatkan kesempatan-kesempatan untuk mempelajari soft skills yang nantinya berguna di dunia kerja. Lalu kalau ikut, keuntungan apa yang kamu peroleh? Soft skills seperti apa yang dapat kamu pelajari? Apa manfaatnya di dunia kerja nanti? Nah di bawah ini dijelaskan beberapa diantaranya:
1.      Melatih Leadership
Ketika ikut organisasi, pastinya akan ada banyak hal yang harus kamu urus seperti acara-acara organisasi, yang tentunya melibatkan banyak orang, baik itu sesama mahasiswa anggota organisasi ataupun orang-orang di luar organisasi. Mahasiswa yang ikut organisasi kampus umumnya memiliki sikap dan karakter yang lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi. Mereka lebih banyak terlatih dalam mengutarakan pendapat di hadapan orang lain ataupun menggerakkan dan mengarahkan teman-teman sesama anggota ketika organisasi sedang mengadakan suatu acara. Jika saat ini belum terbayang seperti apa rasanya mengarahkan teman-teman sendiri, jika nanti sudah berpartisipasi dalam organisasi, sadar atau tidak sadar, kamu akan terperangah bahwa sesungguhnya kamu mampu melakukannya. Di dunia kerja, keterampilan leadership ini pasti bermanfaat sekali. Seringkali di lowongan-lowongan kerja memasukkan leadership sebagai salah satu kriteria untuk calon karyawan barunya, meskipun untuk posisi level staf yang sebenarnya tidak memiliki bawahan. Kamu yang mengikuti organisasi mahasiswa dipandang lebih memiliki inisiatif serta dapat memotivasi dan mengarahkan diri sendiri dan rekan dalam bekerja. Atasan juga lebih senang karena tidak harus mengarahkan kamu terus menerus.

2.      Belajar Mengatur Waktu
Dengan ikut organisasi, memang waktu yang biasa kamu gunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas akan berkurang. Sementara itu, kuantitas tugas kuliah tetap sama saja antara kamu yang ikut organisasi dan teman-teman lain yang tidak ikut organisasi. Agar keduanya dapat berjalan sama-sama lancar dan tidak ada yang terbengkalai, manajemen waktu yang baik mutlak harus kamu lakukan. Mungkin pada awalnya, kamu akan sedikit kewalahan membagi waktu untuk kuliah dan organisasi. Tapi, lama-lama kamu akan semakin terbiasa. Selanjutnya, kebiasaan ini dapat terus terbawa sepanjang sisa hidup kamu. Setelah bekerja di kantor nanti, kamu akan lebih terlatih dalam mengelola tugas-tugas yang jumlahnya tidak sedikit dan menetapkan prioritas tugas mana yang harus lebih dulu dikerjakan.

3.      Memperluas Jaringan atau Networking
Di dalam organisasi akan banyak orang baru yang kamu kenal. Teman-teman mahasiswa seangkatan, senior, mahasiswa dari jurusan lain, orang lain atau praktisi di bidang organisasi atau jurusan yang kamu pilih, dan sebagainya. Mereka ini (bisa juga disebut sebagai jaringan) jangan diremehkan, karena merupakan aspek yang penting, terutama bagi fresh graduate dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Dari mereka, kamu akan dapat memperoleh informasi mengenai lowongan pekerjaan. Entah itu dari kantor tempat mereka bekerja atau dari informasi yang mereka miliki. Dan menurut kebiasaan di berbagai perusahaan, rekomendasi kandidat dari karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tersebut biasanya prosesnya bisa lebih cepat, karena mereka telah memiliki gambaran dari karyawan dalam tersebut mengenai kamu sebagai calon karyawan baru.

4.      Mengasah Kemampuan Sosial
Mereka yang tergabung dalam organisasi, umumnya secara sosial juga lebih aktif dibanding mereka yang tidak ikut organisasi. Jika ikut organisasi, kamu juga akan terlatih berinteraksi dengan berbagai macam tipe orang. Tidak hanya teman-teman satu jurusan, tapi juga dengan teman-teman dari program studi yang lain. Dengan ini, tentu akan semakin memperluas pemahaman kamu akan berbagai karakteristik orang. Sesuai pengetahuan umum, manusia adalah individu unik. Semakin luas pergaulan kamu, maka pemahaman kamu akan manusia dapat semakin kaya. Saat bekerja nanti, keterampilan ini akan sangat membantu. Kamu akan lebih berpengalaman berinteraksi dengan berbagai karakter rekan kerja, sehingga nantinya akan memudahkan kinerjanya kamu.

5.      Problem Solving dan Manajemen Konflik
Banyak berinteraksi dengan orang dengan berbagai karakteristiknya, merupakan hal yang lumrah jika satu atau dua kali terlibat konflik dengan mereka. Demikian juga di dunia kerja, di mana deadline yang mendesak, rekan kerja yang kurang kooperatif atau sukanya menjatuhkan rekan kerja di depan atasan, dan lainnya yang rentan menimbulkan konflik. Jika sudah terbiasa mengatasi masalah dan konflik, kamu tidak akan kaget lagi dan sudah terbayang hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk menyelesaikan masalah agar tidak sampai menurunkan perfoma kerja.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi mahasiswa berperan sebagai ajang simulasi atau latihan dunia kerja yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena bangku sekolah atau perkuliahan tidak mengajari kemampuan-kemampuan yang tergolong soft skills seperti ini. Saat berada di dalam kelas, kita sebatas mendapat pengetahuan teknis akan suatu disiplin ilmu. Di buku-buku teks yang banyak dijual di pasaran sebenarnya banyak mencantumkan teori-teori dan tips-tips praktis mengenai soft skills ini. Namun jika tidak dipraktekkan ke dalam bentuk perbuatan nyata atau benar-benar melakukannya, ya sama saja nihil. Karena berkaitan dengan soft skills ini, ada perbedaan mendasar antara tahu teori dan mampu mempraktekkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di kantor. Berdasarkan pengalaman para recruiter perusahaan, seringkali memiliki riwayat organisasi memang merupakan nilai tambah bagi calon pegawai baru. Seperti poin-poin mengenai manfaat organisasi di atas, kebanyakan perusahaan berpendapat bahwa calon pegawai yang memiliki pengalaman organisasi lebih terlatih jiwa kepemimpinannya, memiliki manajemen waktu yang lebih baik, jaringannya yang lebih luas, keterampilan interpersonalnya juga lebih baik, serta pemilihan solusi dan pemecahan masalah yang lebih baik dan lebih terlatih menyelesaikan konflik jika dibanding mereka yang tidak memiliki pengalaman organisasi.

sumber: http://andyramadhan94.blogspot.com/2013/09/organisasi-bagi-mahasiswa.html